Senin, 29 Juni 2009
SEKOLAH dasar (SD) negeri unggulan kemarin (29/6) ''diserbu'' wali murid yang ingin mendaftarkan anaknya. Pada hari pertama PSB SD itu, salah satu sekolah yang dituju adalah SDN Ketabang V. Maklum, lima tahun berturut-turut SD tersebut memperoleh nilai rata-rata UASBN tertinggi se-Surabaya.

Kepala Sekolah SDN Ketabang V Suprihatin menyatakan bahwa orang tua murid sudah antre sejak pagi. Padahal, pengambilan formulir dilayani mulai pukul 08.00. Sekolah tidak bisa membuka terlalu pagi. Sebab, mereka harus menomori dan menandai formulir.

''Makanya, begitu kami buka pengambilan formulirnya, pendaftar langsung berjubel. Tidak sampai setengah jam, seluruh formulir telah habis,'' ujar Suprihatin.

Dia menjelaskan bahwa setiap sekolah di Kecamatan Genteng mendapatkan jatah formulir sesuai dengan jumlah kelas. Satu kelas dijatah 30 formulir. Namun, sekolah tetap bisa memperbanyak formulir dengan cara memfotokopi.

Suprihatin menjelaskan bahwa banyak orang tua murid yang sedikit marah ketika tidak mendapatkan formulir. Bukan itu saja, sebagian di antara mereka malah mencoba menitipkan anaknya agar bisa diterima di sekolah tersebut. ''Kalau seperti itu, tentu kami menolak karena sudah pasti tidak bisa, menyalahi aturan,'' ujarnya.

Sejatinya, di sekolah itu diterapkan sistem peringkat hasil pendaftar tiap hari. Data itu di-update secara harian. Nama pendaftar diurutkan berdasar usia dan domisili. ''Nah, kalau begini bagaimana titipnya? Ya tidak bisa, kan? Karena daftarnya dipampang di depan umum,'' tegasnya.

Hal serupa terjadi di sekolah sebelahnya, yaitu SDN Ketabang 1 yang juga jadi favorit. Kepala SDN Ketabang 1 Agus Sidarta menyatakan bahwa pihaknya memang hanya mendapatkan 30 formulir. Namun, dia menggandakan 40 lagi. Jadi, total ada 7-0an formulir yang dia edarkan. Itu masih belum cukup karena masih banyak orang tua siswa yang terus berdatangan untuk mendaftar.

''Yang daftar ke sini itu padahal sudah membawa formulir dari beberapa sekolah lainnya. Ya kami tidak bisa apa-apa karena itu hak mereka. Saking inginnya menyekolahkan anak,'' terang Agus.

Untuk mengantisipasi data palsu, kepada setiap pendaftar Agus minta ditunjukkan akta kelahiran asli selain fotokopiannya. ''Kami tidak menyita akta kelahiran. Hanya mencocokkan untuk memastikan kebenarannya,'' tegasnya.

Kukuh Wahono, salah satu orang tua yang mengambil formulir di SDN Ketabang V, menyatakan bahwa dirinya tidak mempermasalahkan beban pendidikan di sekolah itu yang dianggap lebih berat daripada sekolah-sekolah lainnya. ''Kan lebih baik di sini. Di sekolah negeri, kalau sama-sama gratis, kenapa harus memilih sekolah jelek,'' ujarnya. Dia bahkan yakin dan tidak mengambil formulir di sekolah lain. Pasalnya, anaknya yang bernama Reno Adwitiya Putra Maheswara berusia 6 tahun 9 bulan. Kepastian diterimanya memang cukup besar.

Berbeda halnya dengan Abdul Syukur. Anaknya, Andi Vikrama, masih berusia 6 tahun kurang 1 bulan. Karena si anak sudah ngotot ingin sekolah, dia pun nekat mencarikan formulir. ''Anaknya cepat nangkap dan ingin sekolah di SD. Jadi, saya pikir, meski usianya belum cukup, tapi kalau anaknya sudah siap, ya mending disekolahkan saja,'' ujarnya.

Karena faktor usia itulah, dia tidak bisa hanya mengambil formulir di satu sekolah. Dia telah mengambil formulir di SDN Ketabang II dan berencana mengambil di sekolah-sekolah yang lain. Dia sengaja tidak mengambil di SDN Ketabang 1 dan V karena pendaftarnya selalu banyak.

Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Eko Prasetyoningsih berharap agar orang tua tidak mengambil formulir di berbagai sekolah. Pasalnya, jika anaknya diterima di lebih dari satu sekolah, kasihan siswa yang lain. Sebab, itu berarti peluang siswa yang lain semakin kecil. ''Yang terpenting jangan sampai melakukan kecurangan dengan mengganti akta dan menuakan usia anak,'' tegasnya (Jawa Pos)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Ya Antri...

Posting Komentar